Terkadang kita bingung untuk menentukan pendapat, dan bertanya ke banyak orang untuk pendapat mereka. Namun harus diakui bahwa tidak jarang pendapat mereka itu tidaklah terpakai oleh kita, malah kita mempunyai rencana sendiri dan akhirnya seakan kita meminta mereka menyetujui rencana kita.
Hal sama terjadi pada saya saat selesai masa percobaan kerja selama 6 bulan pertama di kantor baru. Biasanya bagi yang lulus percobaan akan mendapatkan kenaikan gaji sebesar 10%, namun entah kenapa saya hanya mendapatkan 5%. Sedih dan kecewa yang saya rasakan saat itu. Saya bertanya kepada rekan sekerja dan atasan saya. Apa prestasi kerja saya mengecewakan? Dan dimana letak kekurangan saya?
Atasan saya saat itu juga karyawan baru jadi dia tidak dapat memberikan banyak dukungan, dia hanya bilang bahwa itu mungkin kebijakan perusahaan. Rekan kerja saya juga berpendapat sama. Tapi saya tidak menerima ini, saya berkata kepada rekan saya, bagaimana bila saya tanyakan ini kepada pihak manajemen yang kedudukannya lebih tinggi dari atasan saya. Rekan saya mungkin dalam hatinya berkata nekad juga saya ini padahal hanya untuk kenaikan 5% yang tidak banyak nominalnya. Akhirnya saya beranikan diri menghadap manajemen, dan diterima dengan baik, dan ternyata ada kesalahan dari pihak HR.
Sikap ini mungkin dapat dipahami karena ini adalah pendapat manusia. Namun kalau sikap ini kita bawa ketika meminta pendapat dari Tuhan, tentu menjadi salah. Kita boleh datang kepada Tuhan dengan rencana kita namun kita harus siap kalau Tuhan menyatakan bahwa rencana itu harus diubah sesuai kehendakNya.